Filosofi pecel


Filosofi pecel ini saya buat untuk menjawab pertanyaan dari seseorang yang cukup kami teladani. Berawal dari beliau menanyakan asal daerah saya hingga berujung pada pertanyaan yang menurut saya sangat menarik. Beliau menanyakan sebuah pertanyaan yang bagi saya cukup sederhana namun  banyak memotivasi saya untuk bersabar akan suatu hal.

R : Asalnya darimana de?
S: Dari madiun ka.
R: Oh madiun, oleh olehnya pecel ya ?
S: Iya ka hehe, selain itu ada juga brem dan madu mongso ka
R : “Bisa diceritakan  filosofi dari pecel ga de ?”

Menurut saya sendiri pecel merupakan makanan unik yang cukup istimewa. Saat dimana bisa dengan mudah saya jumpai, dia terasa biasa namun cukup mengganjal rasa lapar. Namun saat dia susah untuk dijumpai, dia masuk dalam daftar kerinduan saya ditanah perantauan. Harapannya sih, kita sebagai warga madiun kurang lebih memiliki hal yang serupa dengan makanan satu ini. Biasa namun cukup menebar kebermanfaatan. Disaat tak ada, kami dirindukan karena rasa kehilangan. Harapan yang tak cukup tinggi untuk di aaminkan bukan ? hehe. Aamin

Pecel berasal dari kacang tanah. Cita rasa bumbu yang diwujudkan dalam segumpal bungkusan plastik ini berawal dari olahan yang luar biasa. Diawali dari proses penanaman benih kacang, perawatan hingga  pemanenannya. Tak cukup sampai disitu, selanjutnya ia disangrai, digeprek, dan diuleni (campuri) dengan berbagai bumbu bumbu penyedapnya. Dari bumbu bumbu pedas manis asin terciptalah rasa  luar biasa yang mempunyai kekhasan tersendiri untuk membanggakan daerah asalnya J

Satu harapan lain dibalik oleh oleh khas madiun ini adalah kita warga madiun mampu dianalogikan seperti halnya pecel. Kami berasal dari kalangan orang biasa yang memulainya dari bawah. Dibekali dari perawatan kasih sayang keluarga serta didikan leluhur sekitar, kami siap untuk terjun keluar. Dengan bekal semangat dan niat kami siap diolah untuk lebih berkualitas. Digeprek diuleni dengan berbagai bumbu pengalaman pait asem pedes manis, hingga terciptalah rasa manusia yang luar biasa. Sederhana namun bermanfaat. Biasa namun memberi arti sekitar. Hingga mereka bangga menyebut kami dari kota kami berasal.

Dari sepiring nasi pecel, saya belajar kehidupan. Dari sepiring nasi pecel, saya menyadari bahwa hakikat kita sebagai kalangan yang memulai dari bawah. Bahwa kita cukup sederhana, namun kaya makna.

Dari uraian tersebut mungkin dapat diringkaskan filosofi pecel adalah Berangkat dari kesederhanaan ia membawa cita rasa tersendiri sebagai kebanggaan




Comments

Popular posts from this blog