Kepada _ tentang hari-hari bahagiamu
Bersualah. Sebuah
cerita akan berakhir dan bersambung jika dengan kata. Bukan spasi dengan jeda
yang entah kutunggu sampai lembar ke berapa.
Setelah sajak terakhirku malam itu. Tiga pekan sudah, paragrafku kini berganti. Tidak lagi kosong, namun harus kumulai lagi
aksara patahku.
Dini hari, pukul setengah satu pagi.
Tidak akan kau temukan lagi hal menarik dalam lembaranku. Melainkan sajak-sajak sepi setelahnya. Masih ingat? betapa ku selalu ingin mengingatkan seseorang, tentang hidup yang harus terus berwarna. Kau tau itu dan ya , itu prinsipku, tapi terseok aku menatanya. Sebab itu, sudah lama ku ingin memprotesnya. Dan masih perihal patah jawabannya.
Sia-sia bukan ?
Tidak akan kau temukan lagi hal menarik dalam lembaranku. Melainkan sajak-sajak sepi setelahnya. Masih ingat? betapa ku selalu ingin mengingatkan seseorang, tentang hidup yang harus terus berwarna. Kau tau itu dan ya , itu prinsipku, tapi terseok aku menatanya. Sebab itu, sudah lama ku ingin memprotesnya. Dan masih perihal patah jawabannya.
Sia-sia bukan ?
Dengar-dengar inilah pekan istimewamu. Gemerlap kota tidak
akan sepi untukmu. Berbahagia dengan segala rutinitas baru. Hari-hari yang
selalu cerah bersama kawan mu. Semangat kian menggebu dengan tulisanmu.
Dan beberapa pekan, masih akan terus menjadi harimu. Tak
akan kuganggu dengan pertanyaanku. Entah , aku yang tidak berani. Atau kamu
yang tidak akan punya kesempatan renggang dari bulan-bulan bahagiamu. Itulah
sebabnya ku urungkan egoku.
Selamat berbahagia.
Comments
Post a Comment